Budaya Korea Selatan telah berkembang hingga menjadi pendorong utama budaya global. Hal ini terlihat dalam segala hal mulai dari drama Korea di Netflix hingga perawatan kulit Korea yang mendominasi industri kosmetik. Popularitas K-pop juga terus meningkat dari tahun ke tahun.
Budaya Korea Selatan yang menyebar ini dikenal dengan istilah Hallyu atau Korean Wave. Hallyu telah dibangun selama dua dekade, tetapi K-pop khususnya telah menjadi semakin diminati khalayak global dalam lima hingga sepuluh tahun terakhir. Artis Korea Selatan telah memuncaki chart Billboard Hot 100 setidaknya delapan kali sejak Wonder Girls pertama kali memuncaki klasemen musik tersebut pada tahun 2009 dengan hit mereka “Nobody” yang dirilis dalam empat bahasa yang berbeda, termasuk bahasa Inggris.
Korea Selatan adalah satu-satunya negara yang memiliki tujuan khusus untuk menjadi pengekspor budaya populer terkemuka di dunia. Ini adalah cara bagi Korea Selatan untuk mengembangkan “soft power”-nya.
Soft power adalah istilah populer yang diciptakan pada tahun 1990 oleh ilmuwan politik Harvard Joseph Nye. Hal Ini mengacu pada kekuatan tak berwujud yang dimiliki suatu negara melalui citranya, bukan melalui kekuatan keras. Kekuatan keras mengacu pada kekuatan militer atau kekuatan ekonomi.
Hallyu pertama kali menyebar ke China dan Jepang, kemudian ke Asia Tenggara dan beberapa negara di seluruh dunia. Pada tahun 2000, larangan 50 tahun pertukaran budaya pop antara Korea Selatan dan Jepang sebagian dicabut sehigga meningkatkan gelombang budaya pop Korea Selatan di kalangan orang Jepang. Otoritas penyiaran Korea Selatan lalu mengirim delegasi untuk mempromosikan program TV dan konten budaya mereka di beberapa negara.
Hallyu telah menjadi berkah bagi Korea Selatan, baik dari sisi bisnis, budaya, dan citra negaranya. Sejak awal 1999, Hallyu telah menjadi salah satu fenomena budaya terbesar di Asia. Efek Hallyu sangat luar biasa, menyumbang 0,2% dari PDB Korea Selatan pada tahun 2004, berjumlah sekitar USD 1,87 miliar. Baru-baru ini pada tahun 2019, Hallyu diperkirakan memiliki peningkatan sebesar USD 12,3 miliar pada ekonomi Korea Selatan.
Selama dua dekade terakhir, Korea Selatan telah menjadi sangat kaya dan sangat futuristik. Pada tahun 1965, PDB per kapita Korea kurang dari Ghana. Saat ini, Korea Selatan adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar ke-10 di dunia.
“Swiri”, sebuah film inspiratif tentang spionase Korea Utara/Korea Selatan yang dirilis pada tahun 1999, dipercaya memberikan kontribusi pada Hallyu karena menjadi sangat sukses di negara-negara Asia Tenggara.
Kesuksesan ini diikuti oleh drama berjudul “Autumn in my heart” pada tahun 2000, “My Sassy girl” pada tahun 2001 dan “Winter Sonata” pada tahun 2004. Semua drama ini menjadi sangat populer tidak hanya di Korea tetapi juga di Singapura, Jepang, Taiwan, Hong Kong, Cina dan Vietnam.
Keberhasilan produk hiburan ini menciptakan desas-desus yang luar biasa tentang meledaknya popularitas budaya Korea Selatan. Sumber media regional cukup cepat untuk menangkap isyarat dan secara kolektif mengumumkan kelahiran Hallyu.
Hallyu telah tumbuh secara konsisten dan eksponensial sejak 1999, ketika ia muncul sebagai fenomena budaya. Namun, pertumbuhan gelombang ini tidak sepenuhnya tidak direncanakan.
Pemerintah Korea Selatan juga sangat aktif dalam mengelola Hallyu di luar Korea Selatan. Mereka mengadakan berbagai festival budaya yang menampilkan ragam pop kultur, melakukan kampanye PR untuk mempublikasikan keunikan Korea Selatan dan secara tidak langsung membantu industri hiburan dengan menciptakan lingkungan yang sangat kondusif.
Pada Agustus 2020, Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea Selatan telah mendirikan 32 Pusat Kebudayaan Korea Selatan di 28 negara di Afrika, Asia-Pasifik, Eropa, dan Amerika untuk mempromosikan Hallyu.
Pemerintah Korea Selatan juga telah membangun dan membuka K-Culture Valley di Goyang. K-Culture Valley merupakan sebuah taman bertema Hallyu yang akan menampung segala sesuatu, mulai dari studio film, restoran Korea, konser musik langsung hingga galeri film, hotel, pusat perbelanjaan yang menjual merchandise selebriti Korea dan bahkan sebuah taman hiburan. Tujuan dari taman hiburan ini adalah untuk menempatkan semua komponen Hallyu yang menarik bagi pengunjung di satu tempat.
Efek kumulatif dari film, musik, drama, dan games sangat positif bagi ekonomi Korea dan citra negara Korea di kawasan ini. Menurut Yayasan Korea untuk Pertukaran Budaya Internasional, Hallyu menyumbang USD 9,5 miliar untuk ekonomi Korea pada tahun 2018.
Hallyu juga telah memberikan kontribusi yang sangat besar untuk pariwisata Korea. Sebuah survei opini yang dilakukan oleh KTO pada tahun 2019 menemukan bahwa total pengeluaran turis terkait Hallyu adalah USD 1,1 miliar dan pariwisata terkait Hallyu mencakup 55,3% dari semua jenis pariwisata.
Dengan K-Culture Valley atau taman hiburan “Hallyu-wood” yang sudah dibangun dan dengan perkembangan selanjutnya, lalu lintas ini diperkirakan akan meningkat, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan Korean wave.